Tampilkan postingan dengan label cerita mistis di gunung lawu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita mistis di gunung lawu. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 November 2022

Pengalaman Mistis di Gunung Lawu

November 06, 2022

Pengalaman Mistis di Gunung Lawu, Bertemu Dua Pendaki Misterius


jkmedcare - Pengalaman mistis tidak hanya terjadi saat perjalanan menuju puncak melainkan juga ketika turun ke basecamp. Itulah yang dialami sekelompok pendaki asal Jakarta ketika mendaki Gunung Lawu. 


Mereka mendaki salah satu gunung di Jawa Tengah yang memiliki tinggi 3265 meter di atas permukaan laut itu pada Agustus 2019. Memilih jalur pendakian Candi Cetho karena termasuk jalur favorit para pendaki.


Perjalanan dari Pos 1 Mbah Branti hingga Pos 3 Cemoro Dowo bisa dilalui dengan lancar. Meski beberapa kali menarik napas panjang di setiap langkahn. Mereka memutuskan nge-camp di situ karena dekat dengan sumber air. 


Kelompok pendaki ini terdiri dari 10 orang, sembilan laki-laki dan satu perempuan. Kebetulan ada salah satu yang sudah berkeluarga. Hari hampir gelap, mereka mendirikan tiga tenda dengan jarak berdekatan.


"Ini sengaja camp di sini karena tempatnya dekat sumber air. Sekalian bisa digunakan memasak mie rebus dan kopi. Kita bermalam dan jalan menuju summit sebelum subuh," kata Randi, menceritakan pengalamannya, Selasa (14/7).


Semua perlengkapan ditinggal di Pos 3 dan mereka hanya membawa persediaan logistik sedikit untuk bekal. Agar meringankan beban perjalanan dan bisa cepat tiba di Puncak Gunung Lawu. 


"Nanti turun kita ambil lagi. Target bisa sampai puncak semoga tidak terlalu siang. Jadi pulang tidak kemalaman juga di jalan," tutur Randi. 


Tapi rencana mereka kandas karena baru turun dari puncak hampir sore hari. Mereka bergegas mengambil perlengkapan yang ditinggal di Pos 3 kemudian turun melalui Hargo Dalem dan Hargo Dumilah. 


Ketika tiba Pos 5 Bulak Peperangan mereka bertemu pendaki lain yang camp di sana, sesekali menyapa dan duduk sejenak. Matahari mulai redup dan tiupan angin terasa sangat sejuk. 


"Kita sudah cepat ini jalannya tapi enggak buru-buru juga yang penting sampai lagi di Pos 3 sebelum malam. Tapi masih banyak pendaki yang naik ke puncak," kata Randi. 


Tiba di Pos 4 Penggik jalurnya cukup terjal dan tanahnya berdebu. Mereka harus berbagai jalan dengan pendaki lain yang hendak menuju summit. Sinar matahari makin menyusut dan mereka sudah menyiapkan senter. 


"Kita sudah siapin senter tapi belum dinyalain. Ketika sampai di Pos 3 banyak pendaki lain yang ke arah puncak. Kami packing barang-barang kemudian makan dan lanjut jalan turun," tutur Randi. 


Ketika turun mereka terbagi dua kelompok, masing-masing lima orang. Randi bersama istrinya di kelompok kedua sementara kelompok pertama jalan duluan. 


Salah satu rekan bernama Januardi (27) bersama empat orang lainnya merupakan kelompok pertama yang jalan di depan. Mereka terpaut jarak cukup jauh dengan Randi dan rombongannya. 


Ketika tiba di Pos 2 Brak Seng, kelompok Randi beristirahat dan tiba-tiba dari arah belakangan ada dua pendaki tanpa membawa carrier. Satu di antaranya membawa senter dengan berjalan tergesa-gesa. 


"Mereka ikut duduk istirahat, kami sempat ngobrol dan menawarinya minum. Katanya mereka lintas dari Jalur Cemoro Sewu," ucap Randi. 


Kelompok Randi sempat mengajak dua orang itu untuk turun bersama namun mereka memilih jalan duluan. Dari jauh sudah tidak terlihat lagi keberadaan mereka. 


"Enggak pikiran aneh-aneh sih, mungkin mereka buru-buru," fikir Randi. 


Kelompok Januardi yang sudah hampir sampai base camp dihadapkan dengan jalan menyimpang di dekat Candi Kethek. Jalur pendakian yang berada di tengah kawasan kebun warga.


"Kita turun ke arah kanan ada undakan tangga tapi setelah jalan tiba-tiba ada dua orang pendaki yang merabas bukan dari jalur pendakian," cerita Janu. 


Janu mengira dua orang itu bukan pendaki melainkan warga setempat. Karena mereka melintas tanpa menyapa atau memberi petunjuk apapun. 


"Kita curiga sampai akhirnya kita ketemu gapura gelap dan ada boneka yang digantung," tandas Janu.